Title : If Only
pairing : YunJae
Genre : romance, drama
Length : chaptered
Rated : M
Disclaimer : ff ini milik ShimXam, dengan pairing asli Homin, di remake oleh saya dengan judul dan jalan cerita yang sama. Dengan pengubahan seperlunya. Nama Jaejoong dan Yunho dan artis hallyu lainnya yang disebutkan hanya pinjaman dan tidak mempresentasikan artis sebenarnya di dunia nyata. Tidak berniat mencemarkan nama baik mereka, keluarganya, teman dan manajemen mereka. Tidak ada uang yang dihasilkan dari pengerjaan fanfiksi ini. Tidak berniat melanggar hak cipta. Murni fiksi belaka
if i were the rain, could i connect with someone heart
as the rain can unite
the eternally separated the earth and sky – Bleach
A Stranger
“tadi hujan, ya? Nggak pa-pa sepedaannya?”
“nggak kok, bu.” ujarku sebelum mencium pipi ibu singkat. Kebiasaan. Hal sederhana yang membuatku selalu dicemooh sama teman-teman.
“kamu itu kok senangnya sepedaan di gunung saja. Sekali-kali belajar make-up atau apa kek.”
Aku mendengus tidak suka.
“nanti.” jawabku singkat.
“katanya mau mandiri? Belajar make-up penting loh untuk menunjang kariermu, jadi tidak perlu menyewa make-up artist.”
“temenku ada yang bisa bantu make-up in kok bu.” kilahku sambil mengunyah potongan kue dari dalam lemari es.
Ibu hanya menghela napas pasrah. Aku nyengir lebar. “tenang aja, bu. Lama-lama aku bisa sendiri kok! ‘kan belajar sedikit dari teman-teman ditempat kerja.”
“ah, kamu ini..”
Aku hanya tertawa kecil saat ibu menepuk punggungku gemas.
“oh iya, Jaejoongie. Tadi ada temanmu datang ke rumah. Titip surat buat kamu katanya.”
Aku mengernyit heran. Teman?
“siapa, bu?”
“nggak tahu, ibu juga nggak hapal. Laki-laki. Tinggi. Agak lebih tinggi dari kamu.” aku tambah mengerutkan dahi.
“lihat sajalah suratnya. Tuh, ada di atas meja makan. Yunho kalau nggak salah.”
Jung Yunho?
Seperti gerakan refleks aku langsung melangkah besar-besar menuju meja makan. Sudah tiga minggu sejak aku bertemu dengan orang itu tanpa sengaja. Hari-hari setelahnya tidak pernah lagi menemui orang itu. Bukan artinya aku berharap juga. Hanya penasaran. Tidak tahu juga kenapa aku harus seburu-buru ini menyambar surat dari atas meja kemudian merobek amplopnya tidak sabar.
Begitu aku lihat isinya antusiasku langsung padam. Ternyata dari Jeon Yoono, teman SMA-ku.
Jeon Yoono.
Sampai lupa aku punya teman namanya Yoono..
Begitu kubaca reaksiku hanya menghela napas pelan. Undangan reuni ternyata. Mendadak sekali. Dari dulu selalu begitu. Untung cuma acara kumpul-kumpul ditempat karaoke diubah sedikit acaranya? Party di club misalnya. Toh sudah kuliah. Sekali-kali mencoba yang berbeda tidak apa-apa kan? Semoga saja mereka banyak mengajak teman perempuan. Malas sekali kalau ternyata hanya ada’terong’ semua.
“jaejoongie! Tolong belikan susu seohyun di toserba sana, ya! Uangnya ambil saja di dompet ibu!” seru ibuku tertutupi oleh tangis keponakan perempuanku. Aku mengiyakan sebelum melipat surat ini dan mengantunginya sembarangan ke dalam celana pendekku. Menyelipkan kakiku ke dalam sandal hitam milik ayah kemudian berjalan santai menuju toserba dekat rumah. Pemberhentianku ketika sedang ingin sendirian malam-malam. Sampai akrab sama petugas kasir di sana. Orang amerika yang tertipu tawaran beasiswa dan akhirnya terdampar di Seoul tanpa sanak saudara. Yah, walaupun aku hanya bisa mengerti sedikit-sedikit omongannya, setidaknya lumayan juga untuk latihan berbicara. Karena ketidakmampuannya akan bahasa inilah yang membuatnya sulit mendapat pekerjaan. Tapi bagaimanapun juga dia harus tetap menghasilkan uang untuk dapat bertahan hidup. Malang sekali nasib orang itu.
Begitu aku memasuki tempat ini dia langsung menyapaku seperti biasa. Aku tersenyum membalas. Tanpa menunggu lama aku langsung berjalan menuju jajaran produk susu lalu menopangkan tangan pada lututku. Memerhatikan kaleng-kaleng susu bayi yang biasa dibeli ibuku sembari menimbang-nimbang harga. Sialnya aku benar-benar lupa susu yang diminum keponakanku dan tidak membawa ponsel bersamaku. Mana uangnya kurang atau harga susunya naik. Mau pinjam teman kasirku tidak enak. Apa pulang lagi saja? Atau beli saja sembarangan hahaha
Selagi aku berpikir keras sebuah sepatu mungil terayun menendang kepalaku dari atas. Lumayan kuat untuk membuatku meringis mengusap ubun-ubunku.
“ah! Maaf! Maaf!”
“nggak pa-pa.” jawabku ala kadarnya kemudian mematung terkejut melihat sosok di depanku.
“Jaejoong?”
Aku tidak pernah percaya dengan kebetulan sebelumnya.
“hei.” sapaku dengan sebuah senyum simpul. Berlawanan sekali dengan senyum sumringah dan mata berbinarnya.
“kamu tinggal dekat sini?” tanyanya ramah.
“hm.. iya.” jawabku singkat. Mataku bergulir pada gadis kecil yang duduk nyaman di pundaknya. Kedua kakinya menjulur disisi kanan-kiri pundak Yunho. Aku tersenyum kepadanya yang menatapku heran.
“anakmu? Wah lucu sekali. Siapa namamu gadis kecil?” tanyaku. Dia tersenyum menatapku.
“bukan. Anak sepupu. Ayo jihyun sayang beri salam pada paman Jae.” Aku mendelik dibilang paman. Aku belum setua itu.
“Jihyun imnida 5 tahun. Salam kenal paman Jae.”
“panggil oppa saja.” balasku sambil tersenyum. Aku kembali memillah-milah susu yang hendak kubeli.
“beli susu buat anakmu jae?”
Aku berhenti untuk berbalik menatapnya. Memberikannya tatapan bertanya. Yang benar saja. Apa dia serius? Aku sudah punya anak? Mana mungkin.
“tidak. Buat anak noonaku kok!”
“oohh.” Yunho ber-oh ria.
“tidak mungkin kan pria tampan seperti ku ingin cepat-cepat punya anak dan berkeluarga. Aku masih ingin menikmati hidup.” Jawabku cuek.
“kau sendiri? Kupikir tadi anakmu.” Ucapku sambil menunjuk ke jihye dipundaknya dengan memuncungkan mulutku.
Entah kenapa kuperhatikan Yunho langsung memerhatikan bibirku..
윤재
Entah kenapa perhatian Yunho langsung terfokus pada mulut Jaejoong yang kecil itu. Seakan tidak percaya seorang pria memiliki bibir imut dan merah seperti itu. Menurut Yunho bila jaejoong berciuman dengan pacarnya kelak pasti sangat tidak mengasyikkan. Pasti langsung tertelan bibir pasangannya.
“hei, kenapa melamun?” senggol Jaejoong pada Yunho yang terpaku menatapnya sambil berjalan kearah kasir meninggalkan Yunho sendirian pada pikirannya.
“thanks, Jae.”
“sure.” Jawab Jaejoong penuh percaya diri begitu menerima uang kembalian dari teman kasirnya, Edward.
Dari sudut mata Jaejoong bisa melihat Yunho yang bersiul kecil melihatnya berbicara bahasa asing dengan si pria kasir. Yunho menyerahkan coklat ditangan adik sepupunya pada si pria kasir dan membuntuti Jaejoong keluar.
“ajari aku bahasa inggris dong!” pinta Yunho tiba-tiba.
Jaejoong berbalik menatap Yunho yang tengah menggenggam kedua kaki anak sepupunya sambil tersenyum sumringah. Yunho ini sangat suka tersenyum, sangat ramah. Pantas cepat sekali akrab, pikir Jaejoong.
“hm.. maaf, itu… aku hanya bisa sedikit dan baru juga mau belajar hehe.. ” jawab Jaejoong tidak jelas.
“oh begitu yah? kulihat tadi kamu lumayan lancar ngobrol dengan kasir bule itu..”
“aku juga baru belajar kok. satu dua kata lumayan buat latihan.”
“Kalo besok temenin aku nyari buku belajar bahasa inggris bisa?”
“ha..?” Jaejoong melongo dibuat pria ini. baru kenal juga..
“bagaimana?”
“baiklah.” Ucap Jaejoong ragu-ragu.
“besok?” tanya Yunho antusias.
“oppa coklatku!” rengek Jihyun karena Yunho tidak jadi membelikannya coklat.
“iya nanti oppa belikan. Jadi bagaimana jae?” Yunho meminta jawaban kilat dari Jaejoong karena Jihyun sudah merengek dipundaknya.
“Ok. Jam?”
“satu siang?”
“baik. Dimana?” Jaejoong terkejut dengan kecepatan menjawabnya sendiri. Mungkin karena melihat keadaan Yunho dan Jihyun yang merengek minta dibelikan coklat.
“aku tau restoran enak buat makan siang.” Jawab Yunho tak kalah cepat. “my treat.”
“sounds great.”
Senyum Yunho mengembang. Begitu juga milik Jaejoong. Setelah bertukar nomor, Jaejoongpun berpamitan pada Yunho dan Jihyun. gadis itu sungguh imut, pikir Jaejoong…
윤재
Tidak rugi juga mengiyakan permintaanya kan? Lumayan dapat teman baru dan bisa menambah pergaulan. Ditraktir pula. Berhubung besok aku akan pergi dengan orang lain kira-kira apa yang akan kubutuhkan?
Semoga dia bukan tipe orang yang senang pakai baju-baju formal. Lucu juga kalau kami jalan bersebelahan dengan aku yang memakai kaus dan jaket sekenanya sedangkan dia berkemeja rapi. Masa bodoh. Tumben aku seperhatian ini masalah penampilan. Kalau sudah ganteng pake apapun oke aja bukan? Lagipula isi lemariku kebanyakan baju model terbaru stok dari toko noonaku untuk mendukung adiknya yang tampan ini.
Ah, ngomong-ngomong aku lupa bertanya tempat bertemunya dimana. Semoga tidak terlalu jauh supaya tidak berangkat terlalu awal. Lebih baik datang 15 menit sebelum waktu yang dijanjikan daripada terlambat kan?
Pikiranku terlalu penuh dengan rencana untuk bertemu dengan Yunho sampai tanpa sengaja surat undangan Yoono tersentuh oleh tanganku. Baru ingat ada acara besok malam dengan temanku yang lain. Duh!
Ah, bagaimana nanti saja..
shimchinmae 